
Purworejo – Lembaga Eksekutif Mahasiswa fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII menggelar acara silaturahmi dengan mengunjungi keluarga besar sekaligus berziarah ke makam Almarhum Sang Martir Slamet Saroyo pada hari Minggu (4/11/2023) di Desa Dewi, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa lembaga internal FTSP yaitu DPM, LEM,LDF, HMTS, HMA dan HMTL.
Kunjungan ini bertujuan untuk mengenang 34 tahun kematian Slamet Saroyo sekaligus bersilaturahmi dengan keluarga almarhum, rangkaian acara meliputi berdiskusi dengan keluarga lalu ditutup dengan mengunjungi makam almarhum Slamet Saroyo. Pihak keluarga menyambut dengan hangat atas kunjungan ini, dimana pihak keluarga sangat mengapresiasi kunjungan ini. ”Saroyo adalah anak yang berani, saking beraninya ia harus meninggal saat mencari pembenaran tentang pembangunan itu” Pungkas Purba selaku paman dari almarhum Slamet Saroyo.

Sang Martir, Slamet Saroyo merupakan mahasiswa Teknik Sipil UII yang berasal dari Purworejo. Ia meninggal secara tragis tertembak dan ditikam saat berproses untuk membongkar adanya kasus korupsi melibatkan Effendi Ari selaku Pembantu Rektor II tentang pembangunan Kampus Antara Universitas Islam Indonesia yang sekarang dikenal dengan Fakultas Bisnis dan Ekonomi UII. Kasus ini tentunya hal yang besar namun tidak diberikan keadilan yang mutlak bagi Sang Martir dan Keluarganya.
Purwari, selaku salah satu kakak perempuan dari almarhum Slamet Saroyo, menceritakan kisah bagaimana panjangnya usaha adiknya yang mengejar kebenaran. ”Saroyo itu selalu ditahan, selalu disuap lah disuruh diam lah. Keluarga kami ini berpegang teguh pada didikan kalau benar maka harus ngomong, harus berani, ungkap! ayo ungkap!” tuturnya saat membuka sesi diskusi. ”adik saya meninggal karena saya, karena kami sama sama ingin ungkap kasus ini, adik saya ditembak, dia masih bangun, tapi dia malah ditancap pisau sampai meninggal. Kasus ini bukan Saroyo saja yang menjadi korban, kami juga keluarganya ikut menjadi korban, tentunya ini adalah penyesalan yang dalam untuk saya” tambahnya.
Meninggalnya Slamet Saroyo tentu memunculkan berbagai macam versi cerita. Beberapa orang menganggap bahwa ia terbunuh karena perkelahian antara mahasiswa saja, menanggapi hal ini Purwari berkata “Saya tidak ridho cerita ini hanya dikira perkelahian, saya selalu minta untuk diluruskan, saya minta UII yang meluruskan. Saya tidak peduli mau diapakan kami asal tidak ada lagi cerita bohong”.
Pihaknya menambahkan bahwasannya belum ada itikad baik dari kampus atas menanggapi kejadian tragis ini “itikad baik kampus itu, hanya membuatkan buku saja. Buku yang meluruskan kisah Slamet Saroyo, mungkin karena kita dikira orang rendah kali ya, tapi kami tidak masalah asal tidak bohong” tambahnya. Diketahui buku dengan judul “Api Putih di Kampus Hijau” yang diinisiasi oleh teman-teman seperjuangan Slamet Saroyo itu sedikit meluruskan apa sebenarnya yang terjadi kala itu, klaim pihak keluarga.
“Kalau memang parah sekali kasus itu, kenapa adik saya tidak dimasukkan saja ke sel penjara daripada dibunuh sadis seperti itu?” Tutur Purwari sekaligus mengakhiri sesi diskusi tersebut.

Keluarga almarhum Slamet Saroyo berharap bahwa dengan kunjungan ini dapat memotivasi mahasiswa bahwa keberanian akan membawa kebenaran.
Reporter: Andi Faradiva Hassya, Achmad Fauzan M
Narasi : Andi Faradiva Hassya