Aksi Kamisan: 17 Tahun Perlawanan Terhadap Pelanggaran HAM

Memperingati 17 tahun berjalannya Aksi Kamisan, kali ini aliansi kamisan Jogja menyelenggarakan kembali aksi kamisan tersebut di  depan monumen tugu Yogyakarta (18/01/24). Aksi tersebut melibatkan beberapa kalangan, khususnya yang berada di daerah Yogyakarta ini sendiri.

Aksi kamisan merupakan sebuah aksi yang dilaksanakan pada hari kamis sore setiap pekannya, dimulai dengan pemasangan spanduk-spanduk di pinggir jalan dan dilanjutkan dengan orasi-orasi yang dibawakan oleh para peserta aksi kamisan.

Aksi kamisan ini bermula dari ibu salah satu korban penembakan pada tahun 1998, atas kecintaan ibu tersebut kepada anaknya dan ketidakpuasan atas penanganan pelanggaran HAM pada masa itu. Sang ibu melakukan aksi rutinan yang bertujuan menyuarakan atas ketidakadilan hukum-hukum yang ada di negeri ini.

Awalnya aksi ini bernamakan Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan atau bisa disebut juga dengan JSKK dan hanya dilaksanakan oleh 3 orang saja. Dikarenakan aksi ini dilakukan pada hari kamis, maka nama tersebut diubah menjadi Aksi Kamisan. Mula-mulanya aksi ini diselenggarakan di depan Istana Negara, karena gedung tersebut menggambarkan tentang sebuah kekuasaan.

Namun seiring dengan berjalannya waktu aksi ini mulai membuka mata dan hati setiap kalangan yang memiliki perasaan yang sama atas ketidakadilan HAM yang berlaku di negara ini. Kini 17 tahun sudah aksi ini rutin dilakukan setiap kamisnya, dan hingga saat ini aksi kamisan telah rutin diselenggarakan di beberapa kota di Indonesia, antara lain kota Bandung, Yogyakarta, Semarang, Padang, Kediri, Pekanbaru, Purwokerto, Ternate, Karawang, Palu, Surabaya, Lhoksuemawe dan beberapa kota lainnya.

Di Yogyakarta sendiri dilakukan aksi di depan monumen Tugu Yogyakarta untuk memperingati 17 tahun aksi kamisan dengan berbagai rentetan kegiatan, yang diawali dengan pemasangan spanduk melingkari tugu Yogyakarta, kemudian para peserta aksi kamisan berdiri di bahu jalan dengan membentangkan spanduk dan melakukan sedikit orasi. Lalu menginjaki malam hari dilanjutkan dengan pementasan teater oleh Eka Sula dan perwakilan IMM Jasman Alkindi, setelah itu disambung dengan pembacaan puisi oleh perwakilan dari salah satu mahasiswa fakultas hukum di UGM. Malam itu pun diakhiri dengan kolaborasi musik antara mahasiswa teknik lingkungan dengan organisasi Social Movement Institute.

Melalui wawancara dengan Rahman, ia mengatakan “aksi kamisan ini berbeda dengan aksi kamisan yang biasa dilakukan sebelumnya. Karena aksi kali ini bertujuan untuk memperingati 17 tahun aksi kamisan dan penghormatan kepada korban-korban pelanggaran HAM pada masa lalu hingga masa kini yang hingga kini permasalahannya belum diselesaikan oleh negara”.

Aksi kamisan ini juga bukan hanya sekedar memperingati 17 tahun aksi kamisan, tapi juga sebagai bentuk perlawanan yang masih tetap terjaga atas kesewenang-wenangan pemimpin negara dan para pelaku penindasan HAM yang masih berkeliaran.

Aksi kamisan di Yogyakarta ini tidak hanya menyuarakan tentang kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi, tetapi aksi ini juga menyuarakan berbagai permasalahan. Mulai dari korban salah tangkap peristiwa Gedongkuning, warga Jomboran Kali Progo yang dirusak lingkungannya, para petani Pakel yang dipenjara, PKL Malioboro yang digusur, pendidikan mahal, dan berbagai konflik struktural lainnya.

Harapan dari aksi kamisan ini dapat membuka hati nurani para pemimpin dan calon pemimpin negeri ini. Harapan dari aksi ini juga korban dan keluarga korban memperoleh keadilan serta hak haknya didapatkan secara menyeluruh. Semoga tidak ada lagi pelanggaran HAM yang terjadi di negara ini. Dan semoga aksi ini dapat memotivasi para masyarakat agar memperlakukan manusia seperti pada semestinya serta terus menyuarakan kebenaran, karena mendiamkan kejahatan adalah pengkhianatan.

Narasi: Faris Ahmad Asyraf, Naufal Rahmat Zaky

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *