
Jaringan Aksi Solidaritas Tragedi Kanjuruhan Yogyakarta menggelar kegiatan aksi yang dilakukan untuk mengenang tragedi kanjuruhan yang menjadi salah satu tragedi besar dalam sepakbola pada 1 oktober 2022 lalu yang merenggut sebanyak 135 nyawa, 484 korban luka ringan, dan 96 korban luka berat. Aksi ini berlangsung di Tugu Yogyakarta pada Minggu (1/10/2023) Petang, diikuti oleh sekitar 500 simpatisan yang hadir memenuhi area Monumen Tugu Golong Gilig Yogyakarta. Dalam aksinya, para simpatisan ini turut membentangkan spanduk bertuliskan “1 Oktober : Hari Duka Sepakbola” dan poster lainnya yang berisikan tuntutan-tuntutan kepada negara untuk dapat mengusut tuntas kasus ini.
Koordinator Lapangan Aksi Jaringan Solidaritas Tragedi Kanjuruhan Yogyakarta, Muhammad Fakhrurrozi mengatakan “Aksi ini akan menjadi bukti kepada Negara bahwa masyarakat umum turut peduli terhadap Tragedi Kanjuruhan ini, dimana masyarakat saat ini tidak dapat dibodoh-bodohi dan akan selalu mendengungkan peringatan kepada negara untuk dapat mengusut tuntas tragedi besar kemanusiaan ini.” saat diwawancarai pada (1/10/2023).


Aksi Solidaritas Tragedi Kanjuruhan ini dilakukan dengan dibalut dalam beberapa sesi; yakni diawali dengan sesi simbolik gantung sepatu, penayangan film dokumenter tragedi kanjuruhan, refleksi keluarga korban, pernyataan sikap politik, dan ditutup dengan doa bersama. Melalui sesi simbolik gantung sepatu, Rozi juga menjelaskan “Aksi gantung sepatu ini merupakan semacam simbol, seperti kita melihat Jogja dengan Tugunya maka kita juga akan melihat dan mengingat Kanjuruhan dengan sepatunya”. “Ketika stadion Kanjuruhan saat ini sudah diintervensi oleh negara dengan diupayakan renovasi untuk menghilangkan jejak dan bukti pelanggaran HAM di dalamnya, maka sepatu akan menjadi simbol dalam menggambarkan tragedi ini” tambahnya.
Pada sesi refleksi keluarga korban, Nuri Hidayat (54) selaku paman dari Jovan Farelino (16) yang menjadi salah satu korban tragedi Kanjuruhan mengatakan “Saya hadir di Jogja, sebab (melihat) ada peluang secara nasional untuk menyuarakan keadilan,” jelasnya. Menurutnya perjuangan para keluarga korban di Malang sudah sangat besar, dukungan di luar wilayah juga sangat dibutuhkan untuk memperluas perjuangan.
Nuri Hidayat (54) saat diwawancarai pada (1/10/2023) menyampaikan perasaannya terkait Tragedi Kanjuruhan “Secara pribadi saya tidak terima kalau tragedi ini dinyatakan bukan sebagai pelanggaran HAM berat, karena hak hidup adalah hak kita. Apalagi dirampas dengan paksa menggunakan gas air mata. Apalagi mereka dalam pengadilan Surabaya menyalahkan angin. Di video kelihatan sekali (gas air mata) dilontarkan ke arah tribun dan anak saya itu dalam kondisi gas air mata jatuh di depannya, salah satu bukti bajunya robek kebakar dengan robek yang besar yang berarti apinya gas itu mengenai badan anak saya. Kami berterima kasih kepada teman-teman suporter di jogja, saya ngga nyangka dan saya terharu.” jelasnya
“Peristiwa ini terjadi di Malang. Lihatlah kami di Yogyakarta ini, ikut membela dan berjuang hingga kasus ini diusut tuntas,” seru Eko Prasetyo dari Social Movement Institute (SMI). SMI berkomitmen untuk terus suarakan keadilan bagi keluarga korban Kanjuruhan dalam berbagai kegiatan, termasuk Aksi Kamisan yang rutin dilaksanakan tiap Kamis di kawasan Tugu Yogyakarta.
Adapun Enam Tuntutan dalam aksi ini yang dibacakan sebagai Pernyataan Sikap terhadap Tragedi Kanjuruhan, diantaranta yaitu menuntut agar Tragedi Kanjuruhan ditetapkan sebagai pelanggaran HAM berat, menghentikan renovasi atau perombakan Stadion Kanjuruhan, menghentikan penggunaan gas air mata (dalam pertandingan sepakbola, penanganan kerumunan, dalam aksi demonstrasi dan penanganan apapun), bebaskan 8 tahanan Arek Malang tanpa syarat, usut tuntas kasus dan keterlibatan aktor lain dalam Tragedi Kanjuruhan, dan tetapkan tanggal 1 Oktober sebagai Hari Duka Sepak Bola Nasional.

Usai agenda, secara spontan ratusan peserta aksi kemudian berkumpul dan menyanyikan mars dukungan terhadap korban tragedi Kanjuruhan. Aksi spontan yang menunjukkan solidaritas Yogyakarta ini, terasa begitu dalam bagi Nuri. “Ini diluar ekspektasi saya. Sambutan dan dukungan masyarakat Yogyakarta terutama suporter bola, sungguh membangkitkan semangat kami untuk terus berjuang,” katanya. Dikutip dari siaran pers Jaringan Solidaritas Tragedi Kanjuruhan.
Narasi: Rendra Zulis W
Reporter: Andi Faradiva, Rendra Zulis W, Ahmad Zaidan Fajri
Foto: Achmad Fauzan M, Aiko Sarasvaty
Editor: Zabrina K Palupi