Agitasi Si Pengkhianat
Oleh : Andifa Khalida Azzara
Teruntuk para otokrat yang terhormat, disini aku berbicara kepada rakyat
Prahara yang mereka timbulkan mengagumkan bukan?
Mereka mengangkat tinggi-tinggi kepalanya di atas puncak gunung! Tetapi sebenarnya jiwa mereka tertidur dalam keremangan lembah raksasa.
Menjerat si lemah, berbicara bagai gemuruh laut tetapi sebenarnya hidup mereka dangkal bagai rawa-rawa busuk
Lawan!
Lawan! pemburu pangkat yang mencampakkan nasib rakyatnya sementara mereka memenuhi telinganya dengan omong kosong
Lawan! para petinggi dan Menteri yang hidupnya tidak sesuai dengan pidato-pidatonya dan yang menuntut dari rakyatnya apa-apa yang mereka tidak mampu meraihnya
Lawan! karena kita tidak memperoleh barang secuil debu kebaikan hati mereka
Lawan! kedamaian terjadi di atas bumi pertiwi sedangkan putra-putrinya kesengsaraan diperbudak demi memberi makan si tiran dan dan mengisi perut sang kuat
Lawan! siapa yang akan menyelamatkan kita dari cengkraman-cengkraman ketidakadilan?
Oh otokrat!
Adakah keadilan? Adakah dia di dalam mata bayi-bayi yang menyusu pada payudara kering ibundanya yang lapar?
Atau adakah dia dalam gubuk reyot kelaparan yang tidur di atas ranjang keras dan sangat butuh sepotong makanan yang oleh para otokrat diberikan kepada binatang peliharaan gemuknya?
Adakah dia Ketika sang otokrat menyogok kaum pria dengan kekasih dan menghormati para wanita dengan ancaman berakhir di buih padahal mereka memperjuangkan suara rakyatnya?
Kami merasa luka, bukan lapar.
Kami merasa kecewa bukan Lelah
Kami tak butuh sebuah atap, tapi hanya sebuah keadilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Tidak ada kata maaf teruntuk otrokat yang membuat pertiwi sekarat.